CASE STUDY
Pak bambang masuk rumah sakit melalui unit gawat darurat pada pukul 22.15, tanggal 16April dengan keluhan appendicitis. Lalu ia di bawa keruang operasi untuk menjalani appendiktomi pada pukul 08.00, tanggal 7 April. Tiga puluh enam (36) jam pasca operasi, pak Bambang sudah bisa makan makanan lunak, tidak ada mual ataupun muntah. Bising usus terdengar dan ia minum cukup. Nyeri pada abdomennya dikontrol dengan baik dengan minum panadol teratur dan sekarang ia berjalan keliling ruangan dengan mandiri.
Pasien terpasang IV untuk hidrasinya, yang akan berakhir beberapa waktu menjelang hari ini dan akan menerima dosis terakhir antibiotik prpfilaksis IV nya pada pukul 12.00.
Observasi akan dilakukan setiap 4 jam dan sesuai kebutuhan, tanda vital yamng terakhir dicatat pada pukul 18.00 sebagai berikut :
T : 36,5
Nadi : 80 teratur
RR : 16 kali/ menit
BP : 110/65 mmHg
Anda masuk kekamar apk Bambang, ia terbaring ditempat tidur nya dan mengatakasn kepada anda tentang rasa nyeri dada yang ia rasakan dan kesulitan bernafas. Ia mengatakan nyerinya semakin menjadi pada saat menarik nafas.
1. Berdasarkan prioritas, deskripsikan bagaimana anda akan mengkaji pak bambang dan jelaskan rasional untuk pendekatan yang anda lakukan?
2. Dengan menggunakan patofisiologi sebagai dasar memahami tanda dan gejala yang dialami pak Bambang, jelaskan secara rinci dua intervensi keperawatan yang akan membantu dalam meningkatkan pemberian oksigen pada pak bambang. Jelaskan rasional untuk jawaban anda?
3. Diskusikan dasar patofisiologis untuk menegakkan diagnosa potensial bagi pak Bambang?
Pak bambang kemudian diberikan infus heparin 50.000 unit dalam volume total 500 ml Dextrose 5%. Infus ini akan dimulai dengan kecepatan 21 ml/ jam dan dititrasi setiap 4 jam, bergantung kepada hasil APTT. Sebuah kantong berisi 500 ml Dextrose 5% disedeiakan sebagai perrsediaan, begitu juga heparin dalam 25.000 unit dalam vial ukuran 25 ml.
4. Diskusikan proferty/ kandungan farmakologi heparin dan jelaskan dengan terinci dosis, kerja, pemberian dan kompliikasi potensialnya?
5. Hitung volume heparin yang akan digunakan?
6. Jelaskan bagaimana anda mempersiapkan infus heparin untuk mencapai volume total 500 ml?
7. Hitung berapa banyak unit heparin yang terdapat dalam 1 ml infus?
8. Diskusikan hubungan antar hasil APTT dengan dosis heparin?
pengkajian yang harus dilakukan terhadap pak bambang adalah pengkajian nyeri dengan mengunnakan metode P, Q, R, S, T. pengkajian pertama adalah kita harus mengetahui aktivitas atau hal-hal apa yang meningkatkan rasa nyeri pak bambang serta aktivitas dan hal-hal apa saja yang dapat mengurangi nyeri yang dialami pak bambang. Pada tanda yang dialami oleh pak bambang bahwa aktivitas yang mambuat makin nyeri adalah pada saat pak bambang menarik napas dan yang menguranginya adalah pada saat beristirahat. Yang kedua adalah mengkaji tentang aktivitas nyeri yang dialami pak bambang adalah rasa nyeri dan kesulitan saat bernapas. Yang ketiga adalah mengkaji penyebaran rasa sakit yang dialaminya, dalam hal ini pak bambang tidak mengalami penyebaran nyeri. Kita juga menanyakan skala nyeri yang dialami oleh pak bambang dengan menggunakan rentang skala nyeri 0-10 untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri yang dialami oleh pak bambang, pada saat pengkajian pak bambang mengalami rasa nyeri pada waktu beristirahat yaitu 36 jam setelah pasca operasi, adapun rasional dari pengkajian rasa nyeri menggunakan metode P, Q, R, S, T adalah untuk mengetahui dan dapat menerapkan intervensi yang tepat untuk pak bambang.
b. pada intervensi yang pertama adalah pemberian terapi oksigen melalui nasal kanul atau masker yang bertujuan dengan pemberian terapi oksigen akan meningkatkan konsentrasi oksigen dan untuk mengurangi work of breathing sehingga oksigenisasi terjaga dan terpenuhi. Intervensi yang berupa Istirahat untuk mengurangi kerja otot pernapasan sehingga mengurangi peningkatan kebutuhan oksigen serta menurunkan kebutuhan darah ke perifer. Pemberian medikasi yaitu pemberian analgetik anti inflamatori untuk mengurangi peradangan paru kan rasa nyeri dan ketidaknyamanan, pemberian antikoagulan diberikan untuk menghambat pembentukan bekuan darah yang baru, pemberian trombolitik yaitu digunakan untuk mempertahankan perubahan dari plasminogen ke plasmin untuk mencegah trombus vena, pemberian antiplatelet digunakan untuk mencegah trombo emboli vena. Dan yang penting dilakukan pada pak bambang yang mengalami pulmonari embolisme adala foto dada, pemeriksaan analisa gas darah dan ECG.
c. berdasarkan tanda dan gejala serta riwayat yang dialami oleh pak bambang menurut Mcgowan dan kawan-kawan menegaskan bahwa ketika pasien dengan post operatif tiba-tiba mengalami nyeri dada dan diagnosa yang pertama kali dicurigai adalah pulmonary embolism, karena proses pembedahan yang dialami pak bambang dapat menimbulkan terjadinya emboli berupa bekuan darah, dasar dalam menegakan diagnosa didasarkan dari berbagai kemungkinan seperti adanya riwayat pembedahan yang mengakibatkan terbentuknya trombus dikarenakan adanya injuri pada sel endotelia, kemungkinan yang kedua adalah terjadinya venastatis yang dikarenakan mobilisasi yang terlalu lama oleh pak bambang pasca operasi, kemungkinan yang ketiga adanya prosedur pemasangan dan pemberian obat melalui alat invasif yang bisa membuat air bubble sehingga menyebabkan emboli. Dari semua kemungkinan tersebut dapat menimbulkan suatu bekuan yang berasal dari darah maupun dari udara yang akhirnya membentuk formasi trombus yang kemudian menghambat sebagian besar dari paru yang akhirnya menimbulkan hambatan pada bagian dari sirkulasi paru yang kemudian menyebabkan vasokontriksi, penurunan surfaktan, pelepasan neuro hormonal dan substansi inflamatori seperta serotonin, histamin, endotelin dan leukotrienes sehingga menimbulkan fasokontriksi yang menghalangi aliran darah keparu sehingga terjadi hemodinamik yang dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan kodisi tersebut dapat menyababkan gagal jantung kanan. Tidak adanya aliran darah keparu akan mengakibatkan ventilasi atau pepfusi mismatch atau meningkatnya death spec yang menurunkan produksi surfaktan yang dapat menyebabkan hipoksemia. yang akhirnya menimbulkan gejala yang dialami pak bambang yang mengalami pulmonary embolisme seperti nyeri dada tiba-tiba, peningkatan death space, dypsnoe, tachypnoe, V/Q imbalance dan penurunan PaO2.
D. mekanisme kerja heparin
Heparin adalah salah satu golongan obat antikoagulan yang berfungsi untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa fakto pembekuan darah. Atas dasar ini heparin diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, menghambat terbentuknya fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi insiden tromboemboli. Oleh karena itu pak bambang sangat diperlukan obat antikoagulan untuk menghambat pembentukan emboli baru. Dalam hal ini pak bambang perlu diberikan heparin yang mengandung suatu campuran heterogen dari mucopolisakarida bersulfat. Zat ini disintesis didalam sel mast dan terutama banyak terdapat diparu. Karena heparin mempunyai mekanisme kerja yaitu mengikat anti trombin III membentuk komplek yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III. Antitrombin menghambat protease faktor pembekuan dengan membentuk kompleks ekimolar yang stabil. Bila tidak ada heparin maka reaksi tadi akan berjalan lambat sebaliknya kalau ada heparin maka kecepatannya akan meningkat seribu kali lipat, molekul heparin aktif terikat erat pada anti trombin dan menyebabkan suatu perubahan konformational. Perubahan ini membuat anti trombin berinteraksi lebih cepat dengan protease.
Heparin mengatalisis reaksi anti trombin- protease tanpa dikonsumsi sekali komplek anti trombin protease terbentuk heparin akan dilepas secara utuh untuk kembali mengikat anti trombin lebih banyak lagi. yang berulang dan terbentuk dari asam D-glukosamin-L-iduronat dan asam D-glukosamin-L-glukoronat fraksi dengan berat molekul tinggi heparin dengan afinitas kuat menghambat koagulasi darah dengan jelas.
Farmakokinetik heparin
Heparin tersedia sebagai larutan sebagai larutan untuk pamakaian parenteral dengan kekuatan 1000-40000 U / ml dan sebagai respositori atau depot heparin dengan kekuatan 20000-40000 U/ml. pemberian IV pada orang dewasa biasanya dimulai dengan 5000 U dan selanjutnya 5000-10000 U untuk tiap 4-6 jam tergantung dari respon dan berat badan pasien yang akan mempengaruhi waktu paruhnya.suntikan IV 100, 400, 800 U / Kg BB memiliki masa paruh masing- masing 1, 2,5 dan 5 jam. Mas paruh tersebut kemungkinan dapat memendek pada pasien dengan emboli paru, jadi pak bamban memerlukan dosis heparin yang lebih tinggi.
Pada infus IV untuk orang dewasa adalah 20000-40000 U dilarutkan dalam satu liter larutan glukosa 5% atau nacl 0.9% dan diberikan dalam 24 jam.
Efek samping yang ditimbulkan dari heparin adalah perdarahan maka untuk menghindari terjadinya perdarahan pada saat pemberia heparin sangat perlu dilakukan pengawasan dan mengatur dosis obat; menghindar pemalaian bersamaan dengan obat yang mengandung aspirin, seleksi pasien dan memperhatikan kontra indikasi perberian heparin, efek antikoagulan juga harus dimonito dengan tes pembekuan darah yaitu actifated partial tromboplastin time (APTT). Selain itu dapat juga timbul efek samping lainnya seperti, reaksi hipersensitifitas antara lain mengigil,demam urtikaria atau syok anafilaksis pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi mialgia, nyeri tulang dan osteoporosis kadang kadang dapat juga terjadi alopesia sementara dan perasaan panas pada kaki
E. perhitungan volume heparin yang akan digunakan
Dosis obat yang diminta dibagi dengan dosis sediaan dikali volume sediaan
50000U: 25000U x 25 ml = 50 ml
F. prosedur dalam memberikan trerapy heparin pada pak asep adalah terlebih dahulu kita lihat instruksi yang telah ditetapkan oleh dokter, timbang berat badan pasien untuk menyesuaikan dosis heparin yang akan diberikan , melakukan double cek untuk memastikan benar pasien, benar dosis, benar route, benar waktu, benar obat, dan menjelaskan ke pak bambang tentang manfaat dan kemungkinan efek samping obat yang akan ditimbulkan dari terapi heparin.
Langkah-langkah dalam memberikan obat heparin :
1. mencuci tangan dan sediakan handscoon
2. siapkan heparin sesuai dosis yang akan diberikan ( 50000U dalam 50ml)
3. persiapkan dex 5% 500ml dibuang 50 ml setelah itu masukan heparin 50 ml (50000U) dan berikan etiket pada botol infus yang berisi heparin
4. bawa daftar obat punya pak bambang pada saat memberikan heparin
5. pergunakan infus pump untuk mengatur tetesan cairan infus
6. observasi keadaan umum pak bambang pada saat pemberian heparin sedang berjalan.
g. menghitung berapa unit heparin dalam 1 ml infus
rumus: volume yang diminta dibagi dengan volume yang ada dikali dengan dosis yang diperlukan. I ml dibagi dengan 500 ml dikali dengan 50000 = 100U / 1 ml.
H. pada saat kita memberikan heparin terhadap pasien kita harus mengobserfasi dalam tes APTT ( aktifated partial tromboplastin time) yaitu suatu tes pembekuan darah yang mempunya nilai normal 24-45 detik dimana fungsi tes APTT tersebut untuk mengetahui faktor- faktor pembekuan darah, dimana heparin ini mempengaruhi faktor pembekuan darah yaitu protombin. Fungsi dilakukan tes APTT karena kadar heparin akan memperpanjang waktu tromboplastin partial menjadi 2-2.5 kali waktu kontrol maka nilai APTT harus diukur tepat sebelum pemberiuan dosis heparin berikutnya sehingga nilai APTT 2-2.5 dari nilai kontrol tetap dapat dipertahankan
PERTANYAAN 2
Pan Ande masuk bangsal perawatan untuk menjalani prostatektomi retropubik radikal.
Dari riwayat medisnya diketahui bahwa 3 tahun yang lalu dia didiagnosis memiliki gejala gangguan traktus perkemihan bawah, yang meliputi disuria, aliran kemih yang lemah, air kemih lama keluar dan tidak lancar, yang diikuti pengeluaran tetesan airt kemih.
Pemeriksaan rectum & PSA 12,5 ng/ml, dia didiagnosa dengan BPH. Penatalaksanaan awal meliputi “menunggu dengan bersiaga” dan penggunaan tamsulosin. Akan tetapi pak Ande merasa sangat sulit mengatasi gejala tersebut dan mengalami TURP, sekarang PSA lagi meningkat 27,5 ng/ml, biopsy prostat menunjukkan ia menderita adenokarsinoma, ini alas an mengapa ia dirawat.
1. Definisikan BPH dan dikusikan patofisiologi yang melatar belakangi gejala LUTS yang dialami pak Ande?
2. Diskusikan penatalaksanaan non pembedahan terhadap kondisi pak ande untuk memperbaharui dan memberi rasional untuk penatalaksanaan strategi yang telah digunakan
3. Diskripsikan tes diagnostik untuk hiperplasia prostatik, termasuk test untuk pengkajian fungsi ginjal dan kianker prostat yang dicurigai. Dalam jawaban anda identifikasi dengan jelas tujuan masing2 test, sensitifitas dan spesifitasnya.
4. Apa perbedaan sel benigna prostat dan sel kanker prostat? Bagaimana ini dideteksi pada pak ande.
5. Je;laskan 4 prosedur untuk melepas jaringan prostat dan identifikasi manfaat dan resiko terhadap masing-masing?
6. Diskusikan penyuluhan pra operasi dan diskusikan efek pembedahan pada eliminasi urine dan fungsi seksual?
BENIGN PROSTATIC HIPERPLASIA (BPH)
2. a. Definisi:
• BPH adalah pembesaran dari kelenjar prostat sebagai hasil dari peningkatan jumlah sel epitelia dan jaringan stroma (Giddens. F. J, )
• Menurut Price. A tahun 2005 adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan dimana terjadi hiperplasia prostatik yaitu pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
Fisiologi kelenjr prostat
Kelenjar prostat mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion citrat, kalsium ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinoloisin, selama pengisian simpai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vasdeferens sehingga cairan encer seperti susu yna yang dikeluarka kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi semen. Sifat yang sedikit basah dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum. Karena cairan vasdeferens relatif asam akibat adanya cairan citrat dan hasil akhir metabolisme sperma dan sebagai akibat akan menghambat fertilisasi sperma.
-Patofisiologi
Pada penyakit BPH yang dialami oleh pak ande dikarenakan oleh penuaan yang dialaminya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan hormon endokrin dan akan mengakumulasi di hidrotestoteron yang dapat menstimulasi kerja estrogen dan lokal growth hormon meningkat sehingga merangsang terjadinya hiperplasia jaringan prostat yang dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada uretral, sehingga timbullah gejala-gejala pada pak ande seperti disuria, aliran kemih yang lemah, air kemih lama keluar, tidak lancar dan pengeluaran air kemih yang terus menetes. Gejala tersebut terjadi akibat adanya tahanan mekanik dan efek spastik dari BPH terhadap prostatik uretra, adanya tekanan pada intravesikal selama pengosongan sehingga kandung kemih terasa penuh. Jika terus-menerus terjadi akan mengakibatkan kelemahan pada otot destrusor pada kandung kemih, karena adanya kelemahan otot tersebut mengakibatkan akumulasi urin dalam bladder sehingga dapat juga pada pasien BPH mengeluh nyeri dan tidak nyaman pada epigastrik yang disertai dengan keletihan, anoreksia, mual dan muntah.
b. Penggunaan transulosin
Penatalaksanaan non pembedahan pada pak ande yang pertama adalah berjaga dan menunggu yaitu pada pak ande dilakukan observasi saja dan nasehat agar mengurangi minum setelah makan, mengurangi kencing pada malam hari dan mengurangi kopi dan tidak minum alkohol agar menghindari bak yng sering, pak ande dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk periksa scoring, uroflow metri dan trus. merupakan penatalaksanaan awal yang penting, meliputi: pemberian tamsulosin yang merupakan obat golongan alpha-1 adrenergik bloker yang digunakan untuk merileksasi otot polos dari bladder dan prostat sehingga dapat mengurangi tahanan yang ditimbulkan dan akan mengurangi tahanan dengan melancarkan aliran urin sehingga akan mempermudah pengosongan bladder pada uretra, selain obat itu juga dapat digunakan juga anti androgen agent seperti finasteride atau proscar yang termasuk golongan 5-alpha reduktase inhibitor yaitu yang merupakan selective blok androgen pada tingkat sel prostat dan menyebabkan kelenjar prostat menyusut sehingga tidak terjadi hipertropi yang mengurangi tahanan pada aliran urin.
Penatalaksanaan awal pada pak ande dan penatalaksanaan non pembedahan yang dilakukan pada pak ande dan diharapkan dapat:
1. Mengurangi hiperplasia jaringan dari prostat dan mengurangi tahanan aliran urin
2. Dengan merileksasi otot polos pada jaringan prostat dapat memfasilitasi jaringan urin melalui uretra sehingga tanda dan gejala seperti disuria, aliran kemih yang lemah, air kemih yang lama keluar, tidak lancar dan tetesan air kemih tidak terjadi.
c. Tes diagnostik yang dilakukan pada Pak Ande untuk menetapkan diagnosa yang tepat sehingga dalam melakukan pelaksanaan tidak salah dalam menginterprestasikannya. Tes diagnostik yang perlu dilakukan pak Ande untuk mengetahui sejauh mana gangguan yang dialami oleh Pak Ande akibat dari BPH yang dideritanya, beberapa tes yang perlu dilakukan adalah :
1. USG Abdominal bertujuan untuk melihat adanya hidronefrosis atau massa di ginjal dan untuk menghitung volume sisa urin setelah berkemih, selain itu juga berfungsi untuk melihat ukuran prostat.
2. Kistoskopi dilakukan untuk menyingkirkan adanya divertikula kandung kemih, batu dan tumor.
3. Uretrogram Retrograf dan pengukuran aliran urin yang penting untuk dilakukan.
4. Digital Rectal Examination (DRE) ini untuk mengetahui adanya pembesaran hiperplastik prostat yang dapat diketahui apakah dia lembut atau dia pembesaran yang kuat pada lobus posterior dengan permukaan mukosa yang polos sehingga adapat dibedakan, karena apabila menggunakan palpasi prostat (secara manual) tidak bisa merefleksikan derajat dari BPH karena substansi portio dari pembesarannya itu berada di dalam intravesikular, biasanya untuk medeksi dini kanker.
5. Trans Uretral Ultrasonografi (TURS) ini digunakan untuk menentukan volume dan residual urin pada bladder dan prostat.
6. Pemeriksaaan uroflowmetry, postvoid residual (PVR), pressure flow, sistometri dan sistouretroskopi digunakan untuk menentukan fungsi dari bladder dan ginjal.
Selain pemeriksaan diatas perlu juga dilakukan tes-tes lainnya diantaranya:
1. tes PSA yang merupakan tes tunggal untuk kanker yang mempunyai nilai prediksi yang paling tinggi. Nilai normalnya adalah 4-10ng/ml. sedangkan pada pak ande memiliki nilai PSA 27,5 ng/ml hal mitu menunjuka ada kaitan dengan diagnosa adenokarsinoma prostat. PSA ini mempunyai nilai sensitifitas dan spesifitas yang tinggi karena dapat memberikan informasi tentang lokasi dan ukuran masa pada keganasan prostat
2. tes asam pospat prostat untuk mengetahui pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker prostat (dapat mengidikasikan metastase ketulang)
3. lab urine untuk melihat adanya infeksi, hematuria pyuria.
d. - pemeriksaan sel prostatik benigna
1. pertumbuhan berlahan
2. dibungkus oleh kapsul
3. tidak invasif
4. terlihat seperti jaringan apabila menonjol
5. mitosis lambat
6. pembelahan sel jarang
7. tidak bermetastase
- pertumbuhan sel maligna
1. pertumbuhan cepat
2. tidak berkapsul
3. menginvasi jaringan dan struktur setempat
4. tidak bisa dibedakan antara jaringan dan sel kanker
5. mitosis tinggi
6. sel membelah dari secara terus-menerus
7. menyebar secara luas melalui pembuluh darah dan limpatik.
Jika dilihat dari gejala-gejala yang dialami oleh pak ande dan nilai PSA yang tinggi hal tersebut bisa ditandakan bahwa pak ande adalah tumor malignansi dari biopsi yang dilakukan.
e. beberapa tipe prosedur pembedahan:
reseksi transuretral prostat (TUR atau TURP) adalah prosedur yang paling umum dan dapat dilakukan melalui endoskopi, instrumen bedah dan optikal dimasukan secara langsung melalui uretra kedalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara langsung, keuntungannya adalah menghindari insisi abdomen, lebih aman pada pasien resiko bedah, hospitalisasi dan periode pemulihan lebih singkat, angka morbiditas lebih rendah, menimbulkan sedikit nyeri, penyembuhan dari obstruksi prostat dapat dicegah lebih lama, disfungsi erektil jarang. kerugiannya adalah membutuhkan dokter bedah yang ahli, obstruksi kekambuhan trauma uretral dan dapat terjadi struktur, adanya perdarahan lama dapat terjadi, retrograf ejakulasi.
Prostatektomi suprapubis adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen, suatu insisi dibuat didalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas, keuntungannya yaitu secara teknis sederhana, memberikan area eksplorasi yang lebih luas, memungkinkan pengangkatan kelenjar pengobstruksi lebih komplit, memungkinkan pengobatan lesi kandung kemih yang berkaitan. Kerugiannya yaitu membutuhkan pembedahan melalui kandung kemih, sulitnya mengontrol perdarahan, urin dapat bocor di sekitar tuba suprapubis, pemulihan mungkin akan lama dan tidak nyaman.
Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum, keuntungannya memberikan pendekatan anatomis langsung, memungkinkan drainage oleh bantuan garvitasi, terutama efektif untuk terapi kanker radikal, memungkinkan hemostatik dibawah penglihatan langsung, angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, ideal bagi pasien dengan prostat yang besar dan resiko bedah yang buruk. Kerugiannya insiden impotensi dan inkontinensia urin pasca operatif sangat tinggi, kemungkinan kerusakan pada rektum dan spingter eksternal, bidang operatif terbatas, potensial terhadap infeksi lebih besar.
Prostatektomi retropubis adalah teknik lain dari pembedahan suprapubik, dimana insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih, prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis. Keuntungannya menghindari insisi kedalam kandung kemih, memungkinkan dokter bedah untuk melihat dan mengontrol perdarahan, periode pemulihan lebih singkat, kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit, kerugiannya tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang berkaitan, insiden perdarahan akibat pleksus veriosa prostat meningkat.
Insisi prostat transuretral (TUIP) adalah prosedur lain untuk menangani BPH dengan cara memasukan instrumen melalui uretra, insisi dibuat pada prostat uretra dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral. keuntungannya TUIP dapat diindikasikan untuk kelenjar prostat berukuran kecil (30 gram atau kurang), prosedur ini dapat dilakukan diklinik rawat jalan, dan mempunyai angka komplikasi yang rendah, tidak ada erektil disfungsi ataupun retrograt ejakulation. Kerugiannya memerlukan cairan sementara untuk irigasi dan menghindari obstruksi, memerlukan kateter setelah prosedur.
f. mendiskusikan intervensi yang diberikan preoperatif
pada pak ande yang akan dilakukan prosedur pembedahan pasti akan mengalami rasa cemas terhadap prosedur pembedahan dan terhadap efek samping yang ditimbulkan dari proses pembedahan tersebut sehingga kita sebagai perawat perlu mengkaji dan menggali sumber rasa cemas yang dikhawatirkan oleh pak ande, terlebih dahulu perawat membina hubungan saling percaya dengan tujuan pak ande dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya, biasanya pada pasien yang mengalami pengangkatan prostat akan mengalami ketakutan berupa perubahan seksual dan eliminasi, maka perawat harus menjelaskan terlebih dahulu tentang proses pembedahan yang nanti akan dilakukan berupa tipe pembedahan, jenis anestesi yang akan digunakan dan jenis drainage yang akan dipakai, pada saat perawat menjelaskan, perawat dapat mengguankan alat bantu berupa gambar tentang sistem triway untuk irigasi kandung kemih. perawat juga harus menjelaskan tentang perubahan pola eliminasi yang akan dialami setelah prosedur tindakan, hal tersebut dikarenakan fossa prostat masih mengalami peradangan setelah pembedahan sehingga akan ada rasa berkemih tidak tuntas, dan hal ini akan kembali normal setelah 6-8minggu. Jelaskan juga pada pak ande bahwa akan dapat mengalami perubahan disfungsi seksual yang kesemuanya itu hanya bersifat sementara karena adanya proses trauma pembedahan dan akan kembali normal setelah 6-8 minggu. Selain itu semua penting juga diberikan pendidikan tentang ambulasi dini untuk menghindari DVT atau bisa juga menghindari DVT dengan cara memasang stoking elastis sebelum pembedahan.
School of Nursing UPH & Cath lab Siloam Hospital Kebon Jeruk Jakarta,SPK Sungailiat, SMP Air gegas, SDN 227 Nyelanding (Bangka)
WISUDA Di Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang Indonesia 2009
UPH Karawaci Tangerang Indonesia 2009
Universitas Pelita Harapan Karawaci Indonesia 2009
Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang Indonesia 2009
Kota Bunga Puncak Bogor 2010
Kolam Renang Kota Bunga Puncak Bogor 2010
Bagaimanakah pendapat anda tentang Blog http://www.keperawatansopianhadi.blogspot.com
Bersama istriku tercinta 2010
8 mei 2010 Wisuda di Universitas PELITA HARAPAN KARAWACI INDONESIA
15-05-2005 Bogor Jawa barat at Wedding

Istriku tercinta, PURWANTI

Teman2 AE Siloam Hospitals di Pulau Ayer, Ancol jkt

Menurut anda, berapa kali anda melakukan hubungan seks dalam 1 bulan?
Rabu, 03 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MY LIFE
Selamat datang di duniaku, dunia tanpa batas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar