WISUDA Di Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang Indonesia 2009




UPH Karawaci Tangerang Indonesia 2009


Universitas Pelita Harapan Karawaci Indonesia 2009



Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang Indonesia 2009

Kota Bunga Puncak Bogor 2010

Kolam Renang Kota Bunga Puncak Bogor 2010

Puncak Bogor

PUNCAK BOGOR

Bagaimanakah pendapat anda tentang Blog http://www.keperawatansopianhadi.blogspot.com

Kota Bunga Puncak (BOGOR)

Kota Bunga Puncak (BOGOR)
Kota Bunga Puncak (BOGOR)

Bersama istriku tercinta 2010

8 mei 2010 Wisuda di Universitas PELITA HARAPAN KARAWACI INDONESIA

15-05-2005 Bogor Jawa barat at Wedding

Istriku tercinta, PURWANTI

Teman2 AE Siloam Hospitals di Pulau Ayer, Ancol jkt

Menurut anda, berapa kali anda melakukan hubungan seks dalam 1 bulan?

Minggu, 30 November 2008

ANALISA KLINIS DI RUMAH SAKIT

Sopian Hadi
OR SHKJ

CLINICAL EVENT ANALYSIS


Pada saat praktek klinik hari ke tiga di operating room Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ), didapati seorang pasien, yaitu Tn “L” yang berumur 60 tahun dengan diagnosa medis Benigna Prostate Hiperplasia (BPH). Pada beberapa waktu sebelum operasi, Tn “L” mengatakan bahwa sejak 3 hari yang lalu tidak bisa buang air kecil (BAK) dan bila BAK hanya menetes dan tidak lancar.

Data yang didapat saat pengkajian:
Data Subjektif:
· Tidak bisa BAK sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, walaupun ada BAK tapi terasa tidak tuntas, Sekarang BAK hanya menetes.
· Mengeluh sakit didaerah suprapubik.
· Pasien mengatakan ada keinginan untuk BAK.

Data Objektif:
· Nyeri tekan suprapubik dengan skala nyeri 4/10 ( 0= tidak nyeri, 10= sangat nyeri).
· TD 123/72 mm, Hg, HR 90 kali/ menit.
· Pada rectal tuche : prostate terasa keras dan padat.
· USG : Benigna Prostate Hiperplasia







Patofisiologi BPH
BPH disebabkan oleh proses penuaan, proses penuaan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan hormon endokrin dan akan mengakumulasi di hidrotestoteron yang dapat menstimulasi kerja estrogen dan lokal growth hormon meningkat sehingga merangsang terjadinya hiperplasia jaringan prostat yang dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada uretral, sehingga timbullah gejala-gejala seperti disuria, aliran kemih yang lemah, air kemih lama keluar, tidak lancar dan pengeluaran air kemih yang terus menetes. Gejala tersebut terjadi akibat adanya tahanan mekanik dan efek spastik dari BPH terhadap prostatik uretra, adanya tekanan pada intravesikal selama pengosongan sehingga kandung kemih terasa penuh. Jika terus-menerus terjadi akan mengakibatkan kelemahan pada otot destrusor pada kandung kemih, karena adanya kelemahan otot tersebut mengakibatkan akumulasi urin dalam bladder sehingga dapat menyebabkan nyeri dan tidak nyaman pada epigastrik yang dapat disertai dengan keletihan, anoreksia, mual dan muntah.


















Sopian Hadi
OR SHKJ

CLINICAL EVENT ANALYSIS


Pada saat praktek klinik hari ke -3 di kamar oprasi Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ), didapati seorang pasien, yaitu Tn “L” yang berumur 60 tahun dengan diagnosa medis Benigna Prostate Hiperplasia (BPH). Pada beberapa waktu sebelum operasi, Tn “L” mengatakan bahwa sejak 3 hari yang lalu tidak bisa buang air kecil (BAK) dan bila BAK hanya menetes dan tidak lancar.

Data yang didapat saat pengkajian:
Data Subjektif:
· Pasien mengatakan akan dilakukan operasi pembersihan saluran kemih.
· Tidak bisa BAK sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, walaupun ada BAK tapi terasa tidak tuntas, Sekarang BAK hanya menetes.
· Mengeluh sakit didaerah suprapubik.
· Pasien mengatakan ada keinginan untuk BAK.

Data Objektif:
· Nyeri tekan suprapubik dengan skala nyeri 4/10 ( 0= tidak nyeri, 10= sangat nyeri).
· TD 123/72 mm, Hg, HR 90 kali/ menit.
· Pada rectal tuche : prostate terasa keras dan padat.
· USG : Benigna Prostate Hiperplasia

Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Retensio urine berhubungan dengan obstruksi akibat pembesaran prostate.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih.
3. Anxietas berhubungan dengan rasa nyeri akibat pembedahan.

Intervensi
1. Mengukur tanda-tanda vital.
R/ Mengetahui kondisi pasien secara umum.
2. Menganjurkan pasien untuk buang air kecil bila muncul keinginan BAK.
R/ Meminimalkan retensio pada kandung kemih.
3. Palpasi area suprapubik
R/ Pasien dengan retensio urine terdapat distensi didaerah suprapubik.
4. Mengkaji skala nyeri dengan intensitas (skala 0-10), serta lokasi nyeri.
R/ Untuk menentukan keefektifan intervensi yang aka diberikan.
5. Memberikan rasa nyaman dengan pijatan dan latihan nafas dalam
R/ Untuk meningkatkan relaksasi dan memfokuskan perhatian pasien.
6. Kolaborasi untuk pemasangan kateter
R/ Untuk mengosongkan kandung kemih
7. Memberikan obat anti spasmodic
R/ menghilangkan kepekaan kandung kemih
8. Bina hubungan saling percaya dan selalu ada untuk pasien.
R/ Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu
9. Memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan.
R/ Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang akan dilakukan..
10. Memberikan informasi yang telah diberikan sebelumnya.
R/ Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi pelayanan dan informasi
Sopian Hadi
OR SHKJ

CLINICAL EVENT ANALYSIS


Pada saat praktek klinik hari ke tiga di operating room Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ), didapati seorang pasien, yaitu Tn “L” yang berumur 60 tahun dengan diagnosa medis Benigna Prostate Hiperplasia (BPH). Pada beberapa waktu sebelum operasi, Tn “L” mengatakan bahwa sejak 3 hari yang lalu tidak bisa buang air kecil (BAK) dan bila BAK hanya menetes dan tidak lancar.

Data yang didapat saat pengkajian:
Data Subjektif:
• Tidak bisa BAK sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, walaupun ada BAK tapi terasa tidak tuntas, Sekarang BAK hanya menetes.
• Mengeluh sakit didaerah suprapubik.
• Pasien mengatakan ada keinginan untuk BAK.

Data Objektif:
• Nyeri tekan suprapubik dengan skala nyeri 4/10 ( 0= tidak nyeri, 10= sangat nyeri).
• TD 123/72 mm, Hg, HR 90 kali/ menit.
• Pada rectal tuche : prostate terasa keras dan padat.
• USG : Benigna Prostate Hiperplasia







Patofisiologi BPH
BPH disebabkan oleh proses penuaan, proses penuaan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan hormon endokrin dan akan mengakumulasi di hidrotestoteron yang dapat menstimulasi kerja estrogen dan lokal growth hormon meningkat sehingga merangsang terjadinya hiperplasia jaringan prostat yang dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada uretral, sehingga timbullah gejala-gejala seperti disuria, aliran kemih yang lemah, air kemih lama keluar, tidak lancar dan pengeluaran air kemih yang terus menetes. Gejala tersebut terjadi akibat adanya tahanan mekanik dan efek spastik dari BPH terhadap prostatik uretra, adanya tekanan pada intravesikal selama pengosongan sehingga kandung kemih terasa penuh. Jika terus-menerus terjadi akan mengakibatkan kelemahan pada otot destrusor pada kandung kemih, karena adanya kelemahan otot tersebut mengakibatkan akumulasi urin dalam bladder sehingga dapat menyebabkan nyeri dan tidak nyaman pada epigastrik yang dapat disertai dengan keletihan, anoreksia, mual dan muntah.


















Sopian Hadi
OR SHKJ

CLINICAL EVENT ANALYSIS


Pada saat praktek klinik hari ke -3 di kamar oprasi Siloam Hospital Kebon Jeruk (SHKJ), didapati seorang pasien, yaitu Tn “L” yang berumur 60 tahun dengan diagnosa medis Benigna Prostate Hiperplasia (BPH). Pada beberapa waktu sebelum operasi, Tn “L” mengatakan bahwa sejak 3 hari yang lalu tidak bisa buang air kecil (BAK) dan bila BAK hanya menetes dan tidak lancar.

Data yang didapat saat pengkajian:
Data Subjektif:
• Pasien mengatakan akan dilakukan operasi pembersihan saluran kemih.
• Tidak bisa BAK sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, walaupun ada BAK tapi terasa tidak tuntas, Sekarang BAK hanya menetes.
• Mengeluh sakit didaerah suprapubik.
• Pasien mengatakan ada keinginan untuk BAK.

Data Objektif:
• Nyeri tekan suprapubik dengan skala nyeri 4/10 ( 0= tidak nyeri, 10= sangat nyeri).
• TD 123/72 mm, Hg, HR 90 kali/ menit.
• Pada rectal tuche : prostate terasa keras dan padat.
• USG : Benigna Prostate Hiperplasia

Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Retensio urine berhubungan dengan obstruksi akibat pembesaran prostate.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi kandung kemih.
3. Anxietas berhubungan dengan rasa nyeri akibat pembedahan.

Intervensi
1. Mengukur tanda-tanda vital.
R/ Mengetahui kondisi pasien secara umum.
2. Menganjurkan pasien untuk buang air kecil bila muncul keinginan BAK.
R/ Meminimalkan retensio pada kandung kemih.
3. Palpasi area suprapubik
R/ Pasien dengan retensio urine terdapat distensi didaerah suprapubik.
4. Mengkaji skala nyeri dengan intensitas (skala 0-10), serta lokasi nyeri.
R/ Untuk menentukan keefektifan intervensi yang aka diberikan.
5. Memberikan rasa nyaman dengan pijatan dan latihan nafas dalam
R/ Untuk meningkatkan relaksasi dan memfokuskan perhatian pasien.
6. Kolaborasi untuk pemasangan kateter
R/ Untuk mengosongkan kandung kemih
7. Memberikan obat anti spasmodic
R/ menghilangkan kepekaan kandung kemih
8. Bina hubungan saling percaya dan selalu ada untuk pasien.
R/ Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu
9. Memberikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan.
R/ Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang akan dilakukan..
10. Memberikan informasi yang telah diberikan sebelumnya.
R/ Memungkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberi pelayanan dan informasi

MY LIFE

Selamat datang di duniaku, dunia tanpa batas

My Photos

My Photos
Siloam Hospital Kebon Jeruk Jakarta 2010

MY photos 1

MY photos 1
Siloam Hospitals Kebon Jeruk Jakarta

Pengikut

Powered By Blogger